"Berani mengenal sastra berarti berani berperang dengan kata mewakili raga. Berani merampas rasa lewat bahasa.."

Kamis, 14 Januari 2010

ibadah


Tuhan dan Ibadah. Dua hal yang berkaitan. Beribadah berarti mengingat Tuhan. Aku tak berani menyebut diriku seorang muslimah yang taat dan juga tak berani menyebut diriku muslimah moderat. Namun kadang kurasakan ke-abu-abuan jiwaku. Aku mengakui adanya Tuhan. Aku meyakini Nabi terakhir adalah Muhammad SAW. Namun aku bukanlah seorang yang taat beribadah. Apa artinya aku tidak ingat Tuhanku?

Aku dilahirkan bukan dilingkungan orang2 yang taat seperti teman-teman lainnya. Aku hidup dilingkungan orang non-muslim sehingga aku terbiasa dengan kebiasaan lalai. Tapi bukan berarti aku tak pernah shalat sekalipun. Mungkin orang2 merasa shalat itu hal biasa bagi muslim, namun bagiku shalat dalah hal yang luar biasa jika itu berasal dari niatku yang ingin benar2 menghadap Allah.

Namun begitu sering aku disudutkan oleh opini2 orang yang tentu saja ber 'under estimate' thd ku. Aku dianggap tak tau agama, kafir, fasik, dan aku merasa didiskriminasikan. Aku dibombardir dengan hujatan sehingga aku merasa tak layak duduk sejajar dengan mereka. bukankan mereka seharusnya tidak bersikap seperti itu. Setau ku, Islam tidak mengajarkan hal seperti itu.

Padahal aku mencintai Tuhanku sepenuh hati. Aku berusaha untuk menaatinya. Aku cinta agamaku. Aku cinta Rasulullah.
Pernah suatu ketika aku dan temanku membuka website www.indonesia.faithfreedom.org disitu berisikan poenghujatan terhadap islam dan nabi Muhammad. Banyak juga komentar yang berisi pembelaan terhadap Islam, namun si pembuat website ini sangat pintar berkilah dan mengajukan bukti kebobrokan islam itu yang aku sendiri tidak mengerti valid atau tidak. Terorisme, kefanatikan, sampai penyimpangan seks Nabi.

Saat membaca itu aku ingin sekali membantahnya, jelas untuk membela agamaku. Namun aku juga tak tau bukti pa yang kan ku tunjukkan, sebab ilmu agamaku terbatas. Ya sudah, tak kupedulikan lagi website itu. Aku pun melakukan shalat Ashar, tak terasa aku jadi menangis terisak sepanjang shalatku. Dalam shalatku aku menyadari betapa terbatasnya diriku. Aku tak mampu membela agamaku karena keterbatasanku. Aku memohon ampun banyak2 kepada Allah, karena tak dapat berbuat apa2. KEPADA KAWAN-KAWAN YANG ILMU AGAMANYA LEBIH TINGGI TOLONG BELA NABI KITA, BELA AGAMA KITA. TUNJUKKAN BUKTI2 BAHWA ISLAM ITU BUKAN SEPERTI YANG IA JABARKAN DALAM WEBSITE TERKUTUK ITU.

Terlepas dari itu semua, haruskah keimananku kutunjuk2kan dihadapan orang lain??? Haruskah disetiap shalatku disaksikan oleh saksi2?
Bahkan aku telah disudutkan oleh orang yang kusayangi. Setelah begitu lama kami bersama ternyata ia belum mengenal pribadiku.
Ia memaksaku untuk jadi seperti dirinya. Mana mungkin! Sudah kusebutkan dari awal aku bukan hidup di lingkungan orang2 yang taat sepertinya. Dan konsep ibadah dari pribadiku adalah bukan kebiasaan tapi sesuatu yang tulus datangnya dari nurani. untuk apa beribadah karena orang. Berarti saya menyembah manusia dong..

sekian dahulu postingan saya.

waktu dan kesempatan


Terkadang waktu memanjakan, selebihnya mengejar, memaksa bahkan mematikan. Kata orang Arab waktu adalah pedang, setiap saat bisa menebas jiwa manusia. Kata orang Inggris waktu adalah uang, artinya tidak ada yang namanya membuang waktu karna itu sama artinya dengan membuang uang. Namun waktu bagiku adalah lawan. Selalu harus diimbangi dengan pemanfaatan kesempatan. Apa yang ada dalam fikiranmu ketika satu kesempatan terlewatkan? Penyasalan. Ya. Menyesal adalah sifat harfiah manusia.

Namun tak mesti penyesalan itu membayangi setiap kesempatan yang hilang. Anggap saja kesempatan itu yang tak mau menghampiri kita dan tak semua kesempatan harus kita rebut dan menangkan. Jika Anda merasa ada perasaan menyesal yang sangat mendalam ketika kehilangan sebuah kesempatan, itu menandakan Anda seorang yang ambisius. Coba berfikir positif, bahwa ia akan datang lagi dilain hari. Dengan itu Anda kan menjadi seorang yang bijaksana dalam menentukan langkah dan bukan seorang yang ambisius. Slow but Sure kata orang.. Be easy going..